Demon King Academy Volume 1 - Bab 10: Cap Ketidak Layakan - - Shylv Translation

Selasa, 11 April 2023

Demon King Academy Volume 1 - Bab 10: Cap Ketidak Layakan -

Beberapa hari kemudian.

Setelah mengenakan seragam yang telah dikirim melalui burung hantu, aku berjalan menuju Delsgade. Hari ini adalah hari pertama sekolah. Banyak siswa yang melewati gerbang depan, menuju ke lapangan.

Sekilas, aku bisa membedakan dua jenis seragam. Seragam yang kukenakan berwarna putih, tapi ada juga versi hitam, dengan siswa yang dibagi menjadi kira-kira 50-50. Apa seorang siswa mengenakan salah satu atau yang lainnya tampaknya tidak ditentukan oleh tahun ajaran.

Lencana pada lambang sekolah kami juga berbeda. Milikku adalah salib, tetapi yang lain memakai segitiga, kotak, dan bintang berujung lima dan enam. Tidak ada salib lain yang terlihat.

Tapi untuk apa semua tatapan aneh itu? Seolah-olah siapa pun yang memperhatikanku menatap dengan rasa ingin tahu. Hal ini tidak terjadi selama ujian masuk... Yah, tidak ada gunanya memikirkannya. Jika ada masalah, aku akan segera mengetahuinya.

Di dalam halaman sekolah terdapat papan buletin besar. Papan itu mencantumkan nama-nama siswa baru, dibagi ke dalam kelas-kelas. Nama Anos Voldigoad muncul di bawah kolom untuk kelas 2. Nama belakang ayah dan ibu adalah Raizeo, tetapi kami memiliki kesempatan untuk mengajukan nama keluarga iblis ketika kami pindah ke Dilhade, jadi aku, tentu saja, memilih Voldigoad. Ibu dan ayah juga telah mengadopsi nama itu di sini.

Setelah memastikan bahwa kelas 2 berada di ruang kuliah kedua, aku berjalan melalui koridor kastil yang sudah dikenal dan menaiki tangga menuju ruang kelas. Ketika aku sampai di sana, aku membuka pintu dan masuk ke dalam. Meja-meja dan kursi-kursi berjajar dalam barisan, dan para siswa semuanya berbalik melihatku.

Hmm. Ya, perhatian ini agak aneh.

Tapi, yah, orang-orang ini akan menjadi teman sekelasku. Aku tidak terbiasa dengan situasi seperti ini, tapi aku telah mendengar bahwa kesan pertama adalah yang paling penting. Ini adalah kesempatanku untuk meninggalkan kesan sebagai rekan yang ramah.

Dengan senyum berseri-seri dan suara paling energik yang bisa kukumpulkan, aaku memanggil orang-orang di sekitarku. "Halo, teman sekelasku! Aku telah datang untuk memerintah kelas ini! Setiap jiwa yang berani menentangku akan segera menemui ajalnya!"

Heh. Itu harus dilakukan.

Untuk beberapa alasan, sapaanku yang bersemangat disambut oleh keheningan yang mengerikan. Apa suaraku kurang jelas? Apa aku, dari semua orang, terlalu bersemangat di hari pertama ketika masuk sekolah?

Tetapi di antara mata yang ketakutan yang tertuju padaku, ada satu tatapan yang tidak gentar seperti biasanya. Seorang gadis dengan rambut pirang platinum, mengenakan seragam putih—Misha.

Aku berjalan ke tempat duduknya.

"Hei," kataku.

Misha menatapku tanpa emosi tertentu. "Selamat pagi."

"Apa kursi ini kosong?"

"Ya."

Aku menarik kursi dan duduk di sampingnya, mengambil kesempatan untuk menanyakan pertanyaan yang ada di pikiranku. "Gimana leluconku barusan?"

Misha tampak bingung. "Lelucon...?"

"Untuk membunuh siapa saja yang menentangku."

Tidak mungkin ada orang yang berpikir aku serius. Lelucon itu telah menjadi puncak komedi bagi semua orang yang ada di Zaman Mitologi. Bawahanku akan selalu membalas dengan hangat, "A-Anda bercanda..." sebagai tanggapan.

"Kupikir kamu salah paham..."

Ugh, benar. Ini adalah zaman yang berbeda. Aku memutuskan untuk menahan humorku setelah kegagalan di ujian masuk, tetapi mulutku telah bergerak sebelum aku bisa menghentikan diriku sendiri.

"Haruskah aku menunda sampai semua orang masuk ke dalam kelas?"

"Ya..."

Selain itu, aku masih bisa merasakan tatapan mereka.

"Oh iya, aku merasa seperti diperhatikan mulu. Sudah seperti itu dari tadi. Apa kamu tahu alasannya?"

"Ada rumor."

"Tentangku? Rumor macam apa?"

"Kamu tidak akan marah...?"

"Meskipun kelihatannya, aku tidak pernah menjadi orang yang mudah marah."

"Simbol itu..." Misha menunjuk ke lencanaku. "Itu mewakili hasil tes terakhir."

"Oh, aku mengerti. Bagaimana cara kerjanya?"

"Semakin banyak simpul pada poligon atau bintang, semakin baik."

Jadi, berkorelasi dengan hasil tes kami, persegi lebih baik daripada segitiga, dan pentagram lebih baik daripada persegi.

"Tapi simbolku adalah salib, bukan bintang."

Itu juga bukan segitiga atau persegi.

"Kamu adalah orang pertama yang ditandai dengan simbol itu dalam sejarah akademi. Itu adalah sebuah cap..."

Sebuah cap? Hmm. Apa itu sesuatu yang buruk?

"Apa artinya?"

"Tak Layak," kata Misha dengan jelas. "Akademi Raja Iblis ada untuk melatih para raja iblis. Hanya keturunan dari pendirilah yang diizinkan untuk hadir."

Di waktu senggang sebelum sekolah dimulai, aku telah melakukan penelitian tentang zaman ini. "Raja Iblis" adalah gelar yang diperuntukkan bagiku sendiri, tapi ada tokoh penting lainnya di zaman ini yang dikenal sebagai "penguasa" iblis*, yang semuanya memiliki satu kesamaan: darah sang pendiri.

*(TLN: Yang Anos bilang untuk dirinya sendiri itu “Demon King” ya, sedangkan setelahnya itu “Demon Lord” tapi kita lebih kenalnya biasa Demon Lord atau Raja Iblis)

"Sampai sekarang," lanjut Misha, "tidak ada keturunan yang telah ditetapkan tidak memiliki bakat raja iblis. Kamulah yang di nilai Tak Layak untuk pertama kalinya." Dia berhenti sejenak. "Itulah mengapa orang-orang membicarakannya."

Hmm. Aku tidak tahu bagaimana mereka menentukan apa yang disebut bakat raja iblis ini, tetapi fakta bahwa mereka telah mencap pendiri mereka sendiri sebagai orang yang tak layak berarti metode pemeriksaan mereka cacat fatal. Aku berharap mereka akan menemukanku segera setelah aku mendaftar, tapi tampaknya, sekali lagi, iblis-iblis di zaman ini kurang mampu dari yang kupikirkan.

"Begitu ya, mereka tidak dapat mengukur besarnya kekuatanku, tetapi tes bakatku yang seharusnya sempurna."

"Kamu yakin...?"

"Ya."

Pertanyaan-pertanyaan itu semuanya tentang diriku sendiri, leluhur pendiri—namaku, sikapku terhadap sesuatu, dan sebagainya. Tidak mungkin aku salah menjawabnya...

Tunggu.

"Katakanlah, Misha. Bisakah kamu menyebut nama leluhur pendiri?"

Misha berkedip padaku. "Nama leluhur pendiri katanya terlalu menakutkan untuk diucapkan dengan keras."

"Siapa namaku?"

"Anos?" Misha berkata, bingung.

"Nama lengkapku?"

"Anos Voldigoad."

Ternyata begitu.

"Bisakah?" Aku meletakkan tanganku di atas kepala Misha.

Dia tidak tampak sangat terganggu olehnya tetapi menatapku dengan rasa ingin tahu. "Kenapa?"

"Pikirkanlah nama pendirinya."

"Okelah..."

Saat berikutnya, aku membaca nama dari pikiran Misha.

Raja Iblis Tirani, Avos Dilhevia.

"Siapa tuh...?"

"Apa ada yang salah?"

"Itu nama yang salah."

Misha menggelengkan kepalanya. "Tidak mungkin. Tidak ada iblis yang akan salah mengenai itu."

"Dan nama pendirinya terlalu menakutkan untuk diucapkan dengan keras, kan?"

Misha mengangguk.

"Begitu ya."

Dengan kata lain, berkat semua orang yang terlalu takut untuk mengucapkan nama sang pendiri, para iblis, selama 2000 tahun ini, perlahan-lahan melupakannya. Nama yang salah telah diwariskan sebagai gantinya. Sungguh tidak masuk akal.

Sekarang aku memikirkannya, Leorg telah mengatakan bahwa dia mempertaruhkan nyawanya untuk mengeluarkan sihir muasal. Memanggil sihir muasal dengan nama yang salah memang akan membahayakan nyawanya!

Jika bahkan namaku saja salah diingat, jawaban-jawaban lain pada tes bakat tidak bisa bernasib lebih baik. Casting Jio Graze-ku yang mengantuk tanpa menyebabkan korban jiwa mungkin juga telah dilupakan.

Tapi dalam hal ini, ke mana perginya para bawahanku? Apa mereka telah membuang ingatan mereka dan bereinkarnasi? Mungkin mereka berada di tengah-tengah proses reinkarnasi. Bagaimanapun juga, sudah 2000 tahun. Ada banyak kemungkinan.

"Bagaimana bakat untuk raja iblis diputuskan?"

"Iblis dengan pemikiran dan keyakinan yang mirip dengan Raja Iblis memiliki bakat yang lebih tinggi."

"Begitu. Lalu iblis macam apa yang dikatakan Raja Iblis Tirani?"

"Dia adalah keberadaan yang sempurna: keseimbangan antara kekejaman dan kebajikan. Dia hanya peduli pada ras iblis dan bertarung tanpa mempedulikan dirinya sendiri. Dia tidak memiliki keserakahan, hati yang mulia, dan alasan tirani yang dilakukannya berada di luar pemahaman orang lain."

Beliau mana pula yang dimaksud itu? Seolah-olah orang yang sangat sempurna seperti itu bisa ada. Bodohnya. Adalah wajar untuk membesar-besarkan legenda dan cerita rakyat, tetapi mengapa seseorang mempercayai cerita ini kata demi kata?

Mempertimbangkan keadaan kekacauan ini, tidak heran aku dicap sebagai Tak Layak. Menurut standar mereka, aku bahkan tidak tahu namaku sendiri.

"Aku mengerti arti dari cap itu sekarang, tapi mengapa ada dua seragam yang berbeda?"

Seperti yang terjadi di luar, setengah dari siswa di kelas mengenakan seragam hitam, setengah lainnya mengenakan seragam putih.

"Seragam hitam adalah untuk keturunan elit berdarah murni yang biasa disebut sebagai 'bangsawan'."

"Seperti Leorg?"

"Ya."

Mereka yang mewarisi darahku dikenal sebagai keturunan murni. Membedakan mereka antara darah murni dan campuran sedikit aneh, tapi dasar dari kepercayaan itu sederhana. 2000 tahun yang lalu, aku menggunakan darahku untuk secara ajaib menciptakan 7 iblis, yang pada gilirannya telah menggunakan darah mereka untuk menciptakan lebih banyak keturunan. Seperti ini, jumlah iblis yang murni berasal dari darahku telah meningkat sampai mereka secara alami dapat menghasilkan anak-anak berdarah murni tanpa sihir.

"Yang elit dibebaskan dari ujian masuk."

"Jadi mengapa orang itu mengikuti ujian?"

"Siapa pun yang ingin bisa mengambilnya."

Gitu toh. Jadi mereka yang ingin memamerkan kekuatan mereka bisa mengikuti ujian praktek jika mereka mau. Tidak heran hanya ada orang-orang lemah di sana. Yang benar-benar kuat tidak membutuhkan pertunjukan yang tidak berguna seperti itu.

Saat itu, sebuah bel berbunyi di kejauhan.

"Silakan duduk, semuanya."

Aku melihat saat seorang wanita berjubah hitam memasuki ruang kelas. Dia menulis sesuatu di papan tulis dengan sihir.

Emilia Ludwell.

"Namaku Emilia, dan aku akan menjadi wali kelas untuk kelas 2. Senang bertemu dengan kalian semua."

Hmm. Setidaknya staf pengajarnya memiliki sihir yang cukup. Leorg tidak akan memiliki kesempatan melawannya.

"Mari kita langsung saja. Pertama, kalian semua akan dibagi menjadi beberapa tim. Siapapun yang ingin menjadi pemimpin tim, silahkan mencalonkan diri. Satu-satunya syarat adalah kalian mampu merapal mantra yang akan kutunjukkan pada kalian."

Pelajaran dimulai tiba-tiba dengan Emilia menggambar lingkaran sihir di papan tulis. Papan itu sepertinya dibuat khusus—semacam benda sihir. Dengan mengirimkan kekuatan sihir di sepanjang permukaannya, huruf-huruf bisa ditulis dan lingkaran sihir bisa digambar.

Itu Lingkaran untuk Gyze.

"Aku yakin ini adalah pertama kalinya kalian melihatnya, tapi mantra ini disebut Gyze. Simpelnya, mantra ini memperlakukan kastor sebagai raja dan memberikan kekuatan khusus kepada bawahan mereka. Kalian akan memiliki kesempatan untuk mempraktikkannya di kelas. Hari ini, kita akan berlatih menggambar lingkaran dan mengucapkan mantranya. Mereka yang berhasil melakukannya akan memenuhi syarat sebagai pemimpin tim."

Mempertimbangkan keunikan Gyze, hanya mereka yang menjadi pemimpin tim di sini yang memiliki kualitas untuk mengejar jalan seorang raja iblis.

"Sekarang, para nominasi bisa mengangkat tangan mereka."

Aku melakukannya tanpa ragu-ragu.

Semua teman sekelasku hanyalah iblis yang tidak kompeten yang tidak bisa mengenali pendiri mereka sendiri, tapi aku tidak akan mengkritik mereka terlalu keras. Pada akhirnya, mereka adalah keturunanku—sebagian tanggung jawab ada padaku.

Bahkan jika mereka tidak bisa melihatnya sekarang, yang harus kulakukan hanyalah membuktikan kemampuanku. Meskipun begitu, reaksi dari teman-teman sekelasku sama tidak menguntungkannya seperti sebelumnya. Mereka menatapku dengan ekspresi terkejut.

Astaga. Tak Layak atau tidak, mencalonkan diriku sebagai ketua tim hampir tidak menjamin reaksi semacam ini.

"Mereka yang berbaju putih tidak bisa dicalonkan," Misha memberitahuku dengan suara pelan. Semua orang yang mengangkat tangan mereka mengenakan seragam hitam—dengan kata lain, hanya iblis berdarah murni yang bisa mendaftar. Sungguh konyol.

"Anos, bukan?" Emilia bertanya dengan senyum penuh bermasalah. "Aku khawatir kamu tidak memenuhi syarat."

"Kenapa tidak?"

"Karena kamu berdarah campuran."

"Darah campuran tidak menyiratkan kelebihan dengan darah murni."

Saat aku mengatakan itu, Emilia mengerutkan keningnya. "Apa kamu menghina bangsawan?"

Mengapa orang-orang bodoh ini terus mengatakan hal-hal seperti itu?

"Omong kosong. Alih-alih mengoceh tanpa henti ini, mengapa kau tidak membuktikan bahwa darah murni lebih unggul? Jika kau tidak bisa, maka aku akan mencalonkan diriku sendiri."

Emilia menghela nafas. "Seharusnya aku yang mengatakan itu. Pendiri kita, Raja Iblis, sudah membuktikannya. Jika setengah keturunan sama unggulnya seperti yang kamu katakan, maka kamu harus membuktikan bahwa kamu bisa menang melawan bangsawan."

"Hmm. Jadi jika aku bisa melakukan itu, aku akan bisa mencalonkan diri?"

"Jika kau bisa, maka silakan saja."

Aku tertawa kecil. "Aku telah menyegel kata-kata itu dengan Zecht."

"A-apa... Kapan kamu mengucapkannya?"

Menggunakan Zecht untuk menyegel janji verbal telah menjadi hal yang biasa di Zaman Mitologi. Kegagalannya untuk menyadari mantra itu menunjukkan kegagalannya sendiri sebagai seorang guru.

Bagaimanapun juga, aku berdiri dan berjalan ke papan tulis. "Apa bangsawan iblis sendiri yang mengembangkan Gyze?"

"Jelas."

Tentu saja. Bagaimanapun akulah sendiri yang mengembangkannya

"Ada cacat dalam lingkaran mantra itu."

"Apa? Tidak mungkin. Formula untuk Gyze telah diturunkan selama 2000 tahun tanpa perubahan. Tidak ada yang pernah menemukan cacat di dalamnya."

"Aku menemukannya sendiri 2000 tahun yang lalu, tapi aku mati sebelum aku bisa memperbaikinya." Aku menggambar ulang tiga bagian dari lingkaran itu. "Ini adalah bentuk lengkapnya. Jika kamu seorang guru, kamu seharusnya bisa tahu dengan melihatnya, benar?"

Emilia menatap tak percaya pada lingkaran sihir itu. "Bagaimana... Hanya dengan tiga koreksi, kamu telah meningkatkan efisiensinya sebanyak 10%—dan efeknya sebanyak lima belas? Itu...!"

Ruang kelas itu terguncang.

"Siapa orang itu...?"

"Dia mengidentifikasi cacat dalam lingkaran sihir yang belum pernah dia lihat sebelumnya, dan kemudian dia memperbaikinya? Aku belum pernah mendengar hal seperti itu! Kita bahkan belum mulai mempelajari dasar-dasar penelitian sihir..."

"Selain itu, dia meningkatkan efisiensi dan efeknya..."

"Ini pasti penemuan abad ini..."

Hmm. Standar mereka pasti rendah untuk terkesan dengan sesuatu yang kecil. Belum lagi...

"Kamu hampir, tapi masih salah," kataku pada Emilia.

Dia menoleh ke arahku, tidak mengerti.

"Keefektifannya sekarang menjadi 2× lipat dari sebelumnya. Gerbang sihir itu berinteraksi dengan ketiga rune sihir ini, menyebabkan semuanya beresonansi dengan sumbernya 2×."

"Ah..." Kesadaran akhirnya menyadarkan Emilia, yang menyusut kembali karena malu.

"Jika kamu mau, aku bisa mengajar kelas ini menggantikanmu."

"K-Kau..."

"Hmm?"

"Kamu bisa mencalonkan dirimu sendiri. Sekarang silakan kembali ke tempat dudukmu," hanya itu yang bisa dikatakan Emilia.




<<Bab 9 Bab 11>>

 
.post-body a[href$='.jpg'], .post-body a[href$='.png'], .post-body a[href$='.gif'] { pointer-events: none;