Demon King Academy Volume 1 - Bab 11: Penyihir Kehancuran -
Setelah aku kembali ke tempat dudukku, Emilia melanjutkan pembicaraannya.
"Untuk para calon, silahkan berdiri."
Para siswa yang telah mengangkat tangan mereka sebelumnya berdiri. Ada empat iblis, tidak termasuk diriku sendiri. Aku tidak terlalu tertarik dengan kompetisi ini, tapi ketika aku melihat sekilas para kandidat, mataku berhenti pada seorang gadis—seorang gadis dengan mata biru dan rambut kuncir dua pirang. Ekspresinya menggambarkan kegigihan yang ganas, namun ada sesuatu tentang wajah dan perawakannya yang mengingatkanku pada Misha. Di atas segalanya, panjang gelombang sihir mereka identik.
"Sekarang kita akan memulai pembagian tim. Pertama, para siswa yang dinominasikan sebagai pemimpin tim akan memperkenalkan diri mereka. Sasha, jika kau memulai leih dulu."
Gadis berkuncir dua itu tersenyum puas. "Okedeh. Aku Sasha Necron, Penyihir Kenghancur(Witch of Destruction), anggota dari keluarga Necron, dan keturunan langsung dari Tetua Ibllis, Ivis Necron. Senang bertemu dengan kalian semua."
Dia mengangkat ujung roknya dan meringkuk dengan anggun.
Misha, yang sampai sekarang telah mendengarkan kelas dengan linglung, tatapannya tertuju dengan saksama pada gadis itu.
Aku menoleh padanya. "Jika dia seorang Necron, maka..."
"Dia kakak perempuanku."
Aku mengerti. Jadi ini adalah kakak perempuan yang dia tidak tahu apakah dia dekat dengannya. Sasha mengenakan seragam hitam, jadi dia pasti berdarah murni, tapi Misha mengenakan pakaian putih. Itu berarti...
"Apa kalian saudara tiri?" Tanyaku, tapi Misha menggelengkan kepalanya.
"Kami mempunyai orang tua yang sama."
"Kalau gitu seharusnya kau berdarah murni, ‘kan?"
"Ada alasan lain untuk memakai warna putih."
"Kayak?"
Misha terdiam sejenak, lalu menjawab. "Keluargaku yang memutuskan itu..."
"Keluargamu?"
"Keluarga Necron."
Hmm. Keadaan seperti apa yang membuatmu memperlakukan satu putri berdarah murni seperti bangsawan, tapi tidak yang satu? Tampaknya agak tidak wajar untuk zaman ini, di mana garis keturunan dihargai di atas segalanya.
Suara Emilia menyela pikiranku. "Sekarang giliranmu, Anos."
Rupanya, giliranku telah tiba saat aku sedang berbicara dengan Misha. Yah, aku bisa bertanya padanya nanti.
Pertama adalah perkenalan diri. Aku menghadapi murid-murid lain dan dengan megah menyatakan, "Namaku Anos Voldigoad, Raja Iblis Tirani. Aku harus memperingatkan kalian, nama yang kalian semua yakini sebagai nama Raja Iblis tidak lebih dari sebuah pemalsuan. Nama sebenarnya yang kalian cari adalah Anos Voldigoad. Aku sadar kalian tidak akan mempercayaiku, tapi tidak apa-apa. Kalian akan menyadari ketidaktahuan kalian seiring berjalannya waktu. Dengan senang hati."
Perkenalanku disambut oleh keheningan yang begitu melimpah, orang bisa mendengar suara peniti jatuh. Seperti yang Leorg katakan, menyatakan diri sebagai pendiri adalah hal yang biasa dan menghujat. Terlebih lagi ketika menuduh nama yang telah diwariskan turun-temurun sebagai sebuah kebohongan.
Semua orang melirik ke arahku dan berbisik-bisik di antara mereka sendiri, mengatakan ini dan itu tentang aku yang Tak Layak. Seharusnya tugas Emilia untuk menenangkan mereka, tapi setelah apa yang terjadi sebelumnya, dia tampak puas mengabaikan mereka dan melanjutkan penjelasannya.
"Itu mengakhiri perkenalan. Bagi kalian yang tidak dinominasikan, silakan pindah ke pemimpin yang ingin kalian ikuti. Aku tahu kalian masih asing satu sama lain, jadi menilai berdasarkan kesan pertama tidak masalah. Tidak ada batasan jumlah orang dalam suatu tim, jadi anggota tim bisa sebanyak yang kalian inginkan."
Dengan itu, para siswa berdiri dan masing-masing berjalan ke arah pemimpin tim pilihan mereka.
"Kalian boleh berganti tim kapan pun kalian suka. Namun, terserah kepada pemimpin apa mereka ingin membiarkan kalian masuk atau tidak. Jika tidak ada anggota yang tersisa dalam tim, pemimpin akan kehilangan hak mereka untuk memimpin."
Jadi, ini adalah ujian kemampuan seseorang sebagai pemimpin. Sisa kelas mulai berbicara lagi, memutuskan sendiri siapa yang menurut mereka paling mampu.
"Hei, gimana denganmu?"
"Tentu saja aku mau bergabung dengan timnya Nona Sasha,."
"Betul? Penyihir Kehancuran adalah pesaing utama dalam Generasi Kekacauan. Rumornya dia adalah reinkarnasi dari leluhur pendiri."
"Ya, aku juga pernah mendengar rumor itu. Dia memiliki kekuatan sihir yang luar biasa."
Hmm. Jadi gadis bernama Sasha ini adalah salah satu dari Generasi Kekacauan. Tentu saja, dia bukan pendirinya—itu adalah aku—tapi dia pasti memiliki sihir yang cukup besar untuk dirumorkan seperti itu. Sebagai buktinya, mayoritas kelas bergerak untuk bergabung dengan timnya.
Misha berdiri di sampingku. Untuk sesaat, dia melirik kosong ke arah Sasha, lalu kembali menatapku.
"Kau bisa bergabung dengan kakakmu jika kau mau."
Misha menggelengkan kepalanya. "Aku ingin bergabung dengan timmu."
"Benarkah?"
"Ya."
"Itu akan sangat bagus."
Misha tersipu malu-malu. "Karena kita berteman..."
"Memang benar."
Berkat itu, aku sekarang memiliki satu anggota tim. Kami resmi menjadi sebuah tim, tapi setelah itu apa? Aku bisa dengan mudah mengumpulkan lebih banyak anggota dengan sihir, tapi itu sama sekali tidak menyenangkan. Saat aku memikirkannya, kerumunan siswa berpisah untuk membiarkan seorang gadis berambut pirang lewat.
Itu adalah Sasha.
"Hari yang baik. Anos Voldigoad, bukan?"
"Iyh."
Dia melirik ke arah Misha. "Aku lihat kau hanya memiliki satu anggota tim. Kau pasti sudah gila membiarkan boneka cacat sepertinya masuk ke dalam timmu."
Hmm. Jika gadis ini ingin bertengkar denganku, maka dia sudah gila.
"Boneka cacat, apa yang kau maksud adalah Misha?"
"Siapa lagi?" Sasha terkikik mengejek, seolah-olah meremehkanku. "Apa kau tidak tahu? Gadis itu bukan iblis. Tapi bukan juga manusia. Dia hanyalah boneka cacat tanpa kehidupan, jiwa, maupun kehendaknya sendiri—boneka tak berguna yang digerakkan oleh sihir."
Jadi Misha adalah semacam boneka sihir? Dia bilang mereka memiliki orang tua yang sama, tapi apa dia diciptakan secara ajaib dari darah mereka? Yah, ada banyak cara untuk menciptakan konstruksi sihir—bahkan ada beberapa yang bisa diciptakan dengan melahirkan. Boneka yang dibuat dengan baik bisa hidup seperti kita semua.
"Terus kenapa memangnya?"
"Terus kenapa...?"
"Jika kau percaya boneka sihir itu tak bernyawa dan tak memiliki jiwanya sendiri, maka pemahamanmu tentang sihir sangatlah dangkal. Kau harus melihat lebih hati-hati ke dalam jurang dengan matamu itu."
Sasha tampak terkejut untuk sesaat, tapi kemudian menyeringai dengan berani. "Aku hanya memberimu peringatan. Jika kau tetap dengan boneka terkutuk itu, sesuatu yang buruk mungkin akan terjadi. Kau mengerti apa yang kukatakan, bukan?"
Aku mendengus. "Apa, apa itu ancaman? Kau pikir kau bisa mengancamku?"
Tiba-tiba, Sasha memelototiku, lingkaran sihir menerangi mata birunya. "Hei, apa kau punya keinginan untuk mati?"
Para siswa yang telah menonton sampai sekarang mulai bergumam di antara mereka sendiri.
"Orang itu habis sudah. Dia terlalu lama menatap mata Nona Sasha...."
"Apa maksudmu?"
"Memangnya kau gak tau? Mata Nona Sasha itu istimewa. Itu disebut Mata Sihir Penghancur; dia bisa membuat apapun yang dia lihat hancur dengan sendirinya. Itulah alasan dia dikenal sebagai Penyihir Kehancuran."
Jadi itu adalah susunan yang unik. Baik Misha maupun Sasha, keluarga Necron pasti memiliki beberapa Mata yang kuat. Namun, itu tidak berpengaruh padaku.
"Mustahil..." Gunam Sasha.
"Kenapa? Menyerah pada kontes menatap kita?" Aku balas melotot ke arahnya. Dengan mengirimkan kekuatan sihir ke mataku sendiri, aku menarik formula yang familiar pada pupil mataku.
"Mata itu... Tidak mungkin! Kau..."
"Apa? Tidak ada yang bisa kau lakukan yang tidak bisa kulakukan juga. Tapi aku akan memberitahumu sedikit sesuatu—kau salah menggunakannya."
Sasha berada di cara yang benar, tapi aplikasi praktisnya masih kurang. Demi pendidikannya, aku mungkin juga akan mengoreksinya.
"Mari kutunjukkan padamu. Ini adalah Mata Sihir Penghancur yang sebenarnya."
"Ah... Ahh..."
Tidak ada satupun benda di dalam kelas yang hancur. Pada pandangan pertama, Sasha juga tampak tidak terluka. Apa yang telah kuhancurkan adalah sikap arogan miliknya.
"Aku tidak bisa mempercayainya. Dia baik-baik saja setelah menatap mata Nona Sasha..."
"Terakhir kali aku tak sengaja menatapnya ketika itu diaktifkan, aku mengalami koma selama setahun..."
"Apa yang terjadi? Bukankah pria berseragam putih itu Tak Layak? Bagaimana bisa dia begitu berpengetahuan tentang mantra dan memiliki ketahanan sihir seperti itu?"
Hmm. Ruang kelas menjadi agak berisik.
"Sebenarnya, aku diberitahu untuk tidak memberitahukan hal ini pada siapapun, tapi aku melihat ujian masuknya. Dalam prakteknya, dia membunuh Duke Leorg dalam sekejap..."
"Apa?! Seorang duke iblis dibunuh secara instan?!"
"Sebelum itu, dia membunuh Zepes juga."
"Dia membunuhnya? Beneran?!"
"Ya. Kemudian dia menghidupkannya lagi."
"Dihidupkan lagi?!"
"Dan kemudian membunuhnya lagi."
"Jangan bilang..."
"Setelah itu, Zepes berubah menjadi zombie dan membakar Duke Leorg sampai mati."
"I-Itu..."
"Hah? Tapi aku melihat Duke Leorg setelah ujian masuk..."
"Dia akhirnya menghidupkan mereka berdua kembali."
"Apa-apaan itu...?"
Baiklah, mari kita sudahi saja itu.
"Untuk berapa lama kau akan tetap linglung? Aku hanya menghancurkan lapisan luar hatimu. Tenangkan dirimu." Aku menepuk kepala Sasha dengan lembut, membangunkan pikirannya.
Dia tersentak, dan matanya tertuju padaku. "Siapa...kau...?"
"Aku sudah memperkenalkan diriku tadi, ‘kan?" Kataku, menyeringai.
Dia balas memelototi dengan kecewa.
"Btw, Sasha, kau cukup berbakat dengan sihir. Gimana kalau gabung dengan timku?"
Rupanya, itu adalah kata-kata terakhir yang dia harapkan, karena dia benar-benar terdiam.