Demon King Academy Volume 1 - Bab 8: Pesta Penerimaan - - Shylv Translation

Senin, 06 Maret 2023

Demon King Academy Volume 1 - Bab 8: Pesta Penerimaan -

Bel pintu berdentang saat aku membuka pintu.

"Selamat datang, ada yang bisa saya bantu— Oh, Anos! Kau kembali!" Ibu meninggalkan tempatnya di belakang meja dan bergegas menghampiriku. Ayah mungkin sedang membuat sesuatu di bengkel belakang.

"Jadi...gimana hasilnya?" tanyanya dengan gugup.

"Aku lulus."

Ibu berseri-seri lega dan memelukku erat-erat. "Selamat, Anos! Kamu berhasil! Anos kecilku sangat berbakat, lulus ujian masuk pada usia satu bulan! Kamu anak yang sangat pintar. Kita akan mengadakan pesta malam ini!"

Ya ampun. Itu tidak seperti dialah yang lulus pahdahl. Apa memang perlu kegembiraan seperti itu? Mungkin itulah yang dimaksud dengan menjadi orang tua ya. Anamun aku sendiri tidak memahaminya. Tapi yaa..., itu bukanlah perasaan yang buruk juga.

"Kamu mau makan apa, Anos sayang?"

"Jamur gratin mungkin enak."

Setelah 2000 tahun, itu masih menjadi makanan favoritku. Para pengikutku sering mendesakku untuk makan sesuatu yang sedikit lebih kekinian dan layak untuk Raja Iblis, tapi aku tidak bisa menahan diri untuk menyukai apa yang kusukai. Bagaimanapun, ketika aku bertanya pada mereka apa yang harus dimakan oleh Raja Iblis, mereka akan memberiku jawaban konyol yang sama: "manusia." Bagaimana mungkin aku bisa makan manusia? Bodoh!

Mereka mengoceh tentang bagaimana citra Raja Iblis akan hancur dengan memakan gratin, tapi itu tidak masuk akal. Seseorang yang bergelar Raja Iblis memiliki kekuatan yang cukup untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Aku bisa memilih untuk memakan apa yang kuinginkan, kapan pun aku mau. Dan aku ingin makan gratin jamur.

"He he, okedeh. Kamu benar-benar menyukai jamur gratin, ‘kan? Aku tahu kamu akan mengatakan itu, jadi aku sudah menyiapkan semua bahannya!"

Seperti yang diharapkan dari ibu Raja Iblis. Dia lebih baik dari semua pengikut lamaku jika digabungkan.

"Oh iya, bu. Kita kedatangan tamu hari ini.

"Oh? Seorang tamu? Siapa tuh?

Aku berbalik untuk memperkenalkan Misha, yang bersembunyi di belakangku. "Ini adalah Misha Necron. Aku bertemu dengannya di akademi hari ini."

Misha melangkah maju selangkah. "Senang bertemu dengan anda," katanya, menundukkan kepalanya.

Untuk beberapa alasan, ibu meletakkan tangan ke mulutnya, ekspresi heran di wajahnya. "Anos... Anos kecilku..." Kemudian kata-kata itu keluar dengan sendirinya. "Anos kecilku telah membawa pulang seorang pengantin!!!"

Suaranya bergema di seluruh rumah.

Misha memiringkan kepalanya. "Apa yang dia maksud adalah aku?"

"Ah, maaf soal itu. Ibu cenderung langsung mengambil kesimpulan."

Kesalahpahaman itu sedikit lebih dramatis kali ini.

"Begitu..."

"Tidak apa-apa, Anos. Selama kamu bahagia, ibu juga bahagia. Ibu tidak akan menahanmu." Ibu mengendus, dan menyeka air matanya.

Apa yang ibu pikirkan saat ini? Aku terlalu takut untuk menanyakannya.

"Maaf meredam semangatmu bu, tapi..."

Pintu bengkel terbanting terbuka. "Kerja bagus, Anos! Itu baru anakku!"

Ugh, ayah juga. Mengapa mereka berdua begitu bersemangat?

"Aku ingat hari kelahiranmu seolah-olah baru kemarin...." Ayah berpose dramatis, menatap nostalgia ke luar jendela. "Aku tahu hari itu akan datang pada akhirnya, tapi rasanya seperti tidak ada waktu sama sekali." Dia tertawa terbahak-bahak.

Tentu saja terasa singkat; bagaimanapun juga, hanya sebulan telah berlalu.

"Sungguh hari yang menguntungkan. Izabella, bersiaplah untuk pesta. Kita akan merayakannya!"

"Ya, sayang, aku tahu. Anak kecil kita memulai babak baru dalam hidupnya."

Ayah menyeringai dari telinga ke telinga, dan ibu menyeka lebih banyak air mata. Kemudian, mereka berdua saling berhadapan dan mengangguk dengan penuh semangat.

Misha menatapku. "Apa ayahmu mengambil kesimpulan yang sama juga?"

"Aku minta maaf. Ya seperti yang kamu lihat."

"Benar!" seru ayah. "Sekarang sudah diputuskan, ayo kita memasak. Ayo, Izabella. Beri kami senyuman!"

"Kamu benar—aku tidak seharusnya menangis di hari besar Anos. Tidak apa-apa. Aku masih bisa tersenyum!"

Tanpa melirik ke arah kami berdua, ibu dan ayah terus saling bekerja sama.

"Tapi, ibu, ayah..."

"Oh, jangan khawatirkan dirimu sendiri, Anos," ayah menyela. "Kamu tidak perlu membantu hari ini—kami bisa mengatasinya."

Sebuah respon yang menarik, semua hal dipertimbangkan-aku tidak pernah membantu membuat makan malam dalam hidupku.

"Pergilah kalau begitu, Nak. Mari kita tunjukkan kamarmu pada Misha."

Dengan ayah yzng mendorongku dari belakang, kami menuju ke atas dan berhenti di depan kamarku. Tepat sebelum menutup pintu, ayah menoleh ke arahku dengan sorot matanya yang tajam.

"Dengar, Anos. Makan malam akan siap dalam 2 jam. Ayah akan memastikan untuk mengalihkan perhatian ibumu sehingga dia tidak menyadari adanya suara keras yang datang dari atas sini."

Ayahku yang terhormat, maksudmu apa ha\?

"Tapi, yah—"

"Tenang, anakku. Kau bisa menyerahkan hal-hal seperti ini kepada ayahmu yang baik!"

Pintu tertutup sebelum aku sempat mengoreksinya, tapi tidak sebelum dia secara sugestif menambahkan, "Selamat bersenang-senang!" Ya ampun, ayah pasti bisa menjadi sangat menyenangkan.

"Maaf tentang hal ini, Misha. Aku akan menjelaskan semuanya pada mereka setelah mereka tenang."

"Oke." Misha tampak tak kenal takut seperti yang dia katakan, sama sekali tidak terpengaruh oleh situasi tersebut. Dia mengamati kamar dengan ekspresi kosongnya. "Ini sangat kosong..."

"Kami baru saja pindah ke sini." Karena itu, aku tidak berencana untuk menambahkan lebih banyak lagi. "Kau tidak terlalu keberatan, bukan?"

"Keberatan apa?"

"Betapa berisiknya ayah dan ibuku."

"Aku sudah terbiasa dengan itu."

Aku teringat orang yang telah mengirim Misha pergi pagi ini. "Benar, ayahmu tampak sama juga."

"Um, tidak..."

"Oh, maaf. Kurasa dia tidak bisa seburuk ayahku."

Misha menggelengkan kepalanya. "Dia bukan ayahku..."

"Orang yang mengantarmu pagi ini bukan ayahmu?"

Misha menggelengkan kepalanya. "Dia adalah waliku."

"Lalu di mana orang tuamu?"

"Mereka sedang sibuk..."

Hmm. Jadi itu bisa terjadi juga. Aku tidak pernah memiliki wali sebelum aku bereinkarnasi, tetapi aku juga tidak memiliki orang tua.

"Apa kamu punya saudara kandung, Anos?"

"Aku tidak punya. Emangnya kenapa?"

"'Saudara kandung harus akur'..."

"Apa yang kukatakan pada Zepes dan Leorg?"

Misha mengangguk. "Kau baik sekali."

"Aku?" Aku tidak bisa menahan tawa.

"Apa itu lucu?"

"Tidak, itu hanya pertama kalinya aku disebut baik hati."

Misha tampak bingung. "Kamu biasanya dipanggil apa?"

"Mari kita lihat..." Aku memikirkan kembali kehidupan masa laluku. "'Keberadaanmu itu tidak membawa kebaikan,' 'Matilah demi semua orang, dasar iblis'. 'Kau ogre,' 'Kau kejam,' 'Apa kau benar-benar memiliki darah yang mengalir di nadimu, kau monster?'—Aku telah dipanggil banyak hal seperti itu dan lebih banyak lagi."

Misha menatapku. "Apa kamu dirundung?"

"Aku? Tidak mungkin." Aku telah melakukan apa yang diperlukan, jadi itu adalah perbuatan dari diriku sendiri. Aku tidak berniat membuat alasan. "Akulah yang salah."

Tapi meskipun aku jelas-jelas menyangkalnya, Misha merasa khawatir. "Itu bukan salahmu, Anos... Para perundung itulah yang salah."

"Tidak, tapi itu—"

Misha meregangkan tubuh dan menepuk kepalaku dengan lembut. "Oke, oke."

Hmm. Sepertinya dia telah salah paham akan sesuatu. Sungguh memalukan.

"Baiklah, mari kita sudahi pemciaraan tentang perundungan. Bagian mana dari diriku yang baik? Orang-orang tadi pasti tidak akan setuju."

Zepes langsung membakar saudaranya menjadi abu.

"Itu hanya hasilnya saja."

"Menurutmu?"

Misha mengangguk. "Anos itu baik hati."

Sangat menyenangkan mendengarnya untuk sekali ini.

"Apa kamu punya saudara kandung, Misha?"

Dia berpikir sejenak sebelum menjawab. "Aku punya seorang kakak perempuan..."

"Apakah kamu dekat dengannya?"

Misha terdiam sejenak. "Aku tidak tahu..."

Dia tidak tahu? Itu adalah jawaban yang aneh. Kau dekat atau tidak... Kecuali ada keadaan rumit yang terlibat.

"Apakah kamu mengkhawatirkanku?" tanyanya.

"Dikit."

"Baiknya."

Aku pikir dia mungkin akan mengatakan lebih banyak hal tentang adiknya, tapi Misha hanya tersenyum kecil. Setelah itu, percakapan santai kami berlanjut sampai makan malam siap.



<<Bab 7 Bab 9>>

 
.post-body a[href$='.jpg'], .post-body a[href$='.png'], .post-body a[href$='.gif'] { pointer-events: none;