Demon King Academy Volume 1 - Bab 4: Akal Sehat Raja Iblis, Dua Ribu Tahun Kemudian - - Shylv Translation

Senin, 06 Maret 2023

Demon King Academy Volume 1 - Bab 4: Akal Sehat Raja Iblis, Dua Ribu Tahun Kemudian -



Aku berbalik untuk berjalan pergi ketika sebuah suara memanggil dari belakangku.


"Tunggu... dulu..." Zepes mencoba bangkit, tetapi lukanya terlalu parah. Dengan tubuhnya yang tidak kooperatif, ia merangkak di tanah.

"Kau akan selamat jika segera mendapat perawatan. Aku sarankan kau menyerah."

"Ha. Itulah yang kaupikirkan, kau memalukan iblis... Dan kau menyebut dirimu keturunan pendiri ketika kau bahkan tidak bisa menghabisi musuhmu..."

Apa dia berbicara tentang garis keturunan Raja Iblis? Aku tidak perlu menyebut diriku keturunan—aku sendiri pendirinya.

"Jika kau berbicara terlalu banyak, kau akan mati lo."

"Bunuh aku."

"Aku akan melakukannya, tapi tidak ada banyak nilai dalam membunuh ikan kecil sepertimu."

Sekarang, apa yang harus kulakukan?

"Ha! Tidak bisa melakukannya ya? Ayo, cobalah untuk membuatku menyerah. Aku lebih baik mati daripada menyerah!"

Jika aku memerintahkannya untuk menyerah, dia mungkin akan segera melakukannya...

"Aku tahu apa yang kau pikirkan. Kau akan kembali pada sihir paksaanmu, bukan? Silakan—coba saja. Kau tahu kau tidak akan pernah membuatku menyerah, ‘kan?! Ha ha ha ha! Bwa ha ha ha ha ha— ugh!"

Aku menginjak kepala Zepes, menekan wajahnya ke lantai batu. "Sombongnya. Apa kau segitunya ingin bersenang-senang dengan superioritas yang lemah itu? Mneyedihkan banget."

Namun, dia telah mengatakan sesuatu yang agak menarik.

"Jadi kau pikir aku tidak bisa membuatmu menyerah tanpa sihir paksaan, heh?"

"Itu... Itu benar, ‘kan? Kau sampah...!"

Meskipun kepalanya diinjak, Zepes terus membantah. Dia benar-benar antusias untuk seorang bawahan kecil.

"Hmm. Ide yang menarik. Baiklah, aku ikut. Jika aku membuatmu menyerah tanpa menggunakan sihir paksaan, aku menang. Jika tidak, kau yang menang."

"Ha, kau yakin biacara sok gitu? Aku lebih baik mati daripada menyerah padamu!"

Dengan sekejap mata, aku mengaktifkan sihir kontrak Zecht. Persyaratannya menyatakan bahwa jika aku tidak bisa membuat Zepes menyerah tanpa menggunakan sihir paksaan, aku sendiri yang akan menyerah.

Zecht itu mutlak. Wasit dan mereka yang menandatangani kontrak dengan sihir itu akan terikat olehnya.

Zepes menandatanganinya tanpa ragu-ragu. "Kau idiot... Tidak peduli seberapa besar rasa sakit yang kau timbulkan, aku tidak akan menyerah... Kau akan menyesalinya! Ha ha ha ha ha!"

Aku mendekatkan jari telunjukku di depan dahinya...

"Hah? Apa—"

...dan menjentikkannya.

"—apa kau—?!"

Seluruh tubuh Zepes berceceran di lapangan.

"Oh... Kupikir aku sudah cukup menahan diri, tapi aku tetap membunuhnya... Aku mengerti."

Ya ampun. Kalau begini terus, itu akan menjadi kekalahanku. Tidak ada yang bisa menolongnya. Aku menyayat ujung jari telunjukku, membiarkan setetes darah menetes ke bawah.

《 Ingall 》

Tubuh Zepes beregenerasi; dia dibangkitkan dalam keadaan tidak terluka. Aku bahkan memodifikasi pedang dan baju besinya untuk sedikit memperkuatnya.

Para penonton tercengang.

"Ap... Sihir apa itu?! Bukannya Zepes sudah mati!"

"Dia dibawa kembali dari kematian...?! Aku belum pernah mendengar mantra seperti itu!"

Untuk apa mereka begitu terkejut? Para penonton membuat banyak keributan atas sesuatu yang begitu sepele seperti Zepes yang hidup kembali. Jika seseorang tidak bisa melakukan sihir seperti itu, kematian akan berarti kematian yang sebenarnya.

"Ap... Ak..." Zepes menatapku dengan ekspresi bingung.

"Yah? Bagaimana apa kau suka mati? Sudah merasa ingin menyerah?"

"T-Tidak mungkin... Siapa yang akan menyerah padamu... Gah...!"

Aku menjentikkan jariku lagi, membunuhnya.

"Ha ha, ups. Aku tak sengaja membunuhmu lagi. Tapi tidak apa-apa; selama aku menggunakan Ingall dalam waktu tiga detik, tidak ada resiko kematian permanen. Kau mungkin mengenalnya sebagai...aturan tiga detik."

Keheningan yang mematikan menyelimuti kursi penonton.

Hmm. Apa aku, dari semua orang, telah gagal membuat lelucon?

Aturan tiga detik telah menjadi satiran andalan di Zaman Mitologi loh... Bagaimana mungkin itu bisa menjadi cringe? Standar komedi pasti telah berubah dalam 2000 tahun terakhir. Bahkan, setelah diperiksa lebih dekat, semua orang tampak terlihat ngeri. Apa leluconku benar-benar secringe itu? Aku harus menahan leluconku sampai lebih memahami Zaman Sihir dengan lebih baik.

"Ah...!" Zepes, setelah sekali lagi dibangkitkan melalui Ingall, dan menatapku dengan ketakutan.

Sekarang, waktunya untuk menyudutkannya dengan lembut. Yaitu cukup untuk tidak menimbulkan trauma,.

"Kau bilang kau lebih baik mati daripada menyerah, tapi apa kau pikir kau hanya akan mati sekali saja?"

Zepes tidak menjawab—ia terlalu gemetaran.

"Sekarang, biarkan aku bertanya lagi: apa kau sudah mau menyerah?"

Keputusasaan melintas di mata Zepes, tapi dia berhasil mencicit dengan suara lemah, "S-Seseorang, tolo- Aagh...!"

Mengira akan butuh satu dorongan lagi, aku membunuhnya sekali lagi. Meski begitu, setetes darah yang dibutuhkan untuk Ingall tentu saja sangat mengganggu.

Ketika tubuh Zepes beregenerasi sekali lagi, dia menatapku dengan penuh teror.

"Oh iya, ada perselisihan filosofis yang menarik terkait dengan Ingall. Jika seseorang dihidupkan kembali, apa mereka akan tetap menjadi orang yang sama sebelum mati? Atau mungkin mereka adalah orang yang berbeda dengan kepribadian, ingatan, dan tubuh yang sama? Apa pendapatmu tentang itu?"

Gigi Zepes berceloteh di balik bibirnya yang gemetar. Wajahnya pucat seperti selembar kain. "K-kau bajingan... Kau gila...."

"Hmm. Tidak tertarik dengan perdebatan itu, huh? Itu adalah topik yang banyak dibicarakan pada masaku."

Yah, jika standar komedi telah berubah begitu banyak, aku seharusnya tidak terkejut jika minat dalam filsafat juga berbeda.

"Oh baiklah. Aku kira akan mencoba membunuhmu sekali lagi."

"K-kau... Kau berbicara tentang membunuh dengan mudah..."

Bahkan aku tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Apa yang salah? Itu adalah perubahan hati yang agak drastis. Bukan berarti kau akan mati secara permanen," kataku ringan, mendekatkan tanganku ke dahi Zepes.

"Wa... Wa... Tunggu, tolong..."

"Hah?"

Oh. Ups. Jariku tergelincir, dan aku membunuhnya lagi. Betapa cerobohnya aku—sepertinya aku masih belum terbiasa dengan tubuh baru ini. Dia baru saja akan mengatakan sesuatu juga. Yah, aku hanya bisa mendengarnya setelah membangkitkannya lagi.

《 Ingall 》

"K-kau brengsek! Aku memintamu untuk tahan!"

"Ha ha, maaf. Jariku terpeleset."

"Jangan menertawakanku, dasar bajingan! Siapa yang bisa membunuh hanya dengan jarinya yang terpeleset?!"

"Oh? Masih hidup, begitu. Mari kita lakukan satu putaran lagi." Aku mendekatkan jariku ke dahi Zepes sekali lagi.

Dia segera mundur, lebih jauh lagi. "T-tunggu..."

"Apa sekarang? Tidak ada ruang untuk ragu-ragu di tengah-tengah pertempuran."

"Ini..." Ekspresinya dipenuhi dengan penghinaan, tetapi kata-katanya jelas. "Ini adalah kekalahanku. Aku menyerah."

Oh? Sungguh mengecewakan.

"Apa hanya itu yang diperlukan untuk menghancurkan keinginanmu? Betapa lemahnya dirimu. Di sini aku sudah siap untuk membunuhmu 10.000× lagi padahal." Aku bercanda untuk mengekspresikan kurangnya rasa permusuhan, tapi entah mengapa Zepes gemetar lebih keras lagi.

Suara-suara muncul dari kursi penonton.

"Dia hanya memperlakukan Zepes seperti anak kecil..."

"Itu sangat berat sebelah... Siapa orang itu? Aku belum pernah melihatnya sebelumnya..."



<<Bab 3 Bab 5>>

 
.post-body a[href$='.jpg'], .post-body a[href$='.png'], .post-body a[href$='.gif'] { pointer-events: none;